Tuesday, August 28, 2012

Balada Sumirah


migrasi dari MP
feb 02. 2008

Sumirah namanya, orang desa memanggilnya Mirah.Sudah hampir 5 tahun belakangan ini Mirah sering terlihat dipasar,dia bekerja apa saja,menjadi kuli angkut, bersih-bersih atau kerja apa saja,tidak jarang Mirah terlihat memilah-milah cabe busuk di warung pak Haji.Kalau sedang sepi pekerjaan dipasar,Mirah jadi buruh tani disawah siapa saja yang bersedia memakai tenaganya untuk menanam, merumput, memanen atau  membajak sekalipun.
 Kulitnya hitam terbakar matahari namun tak mampu untuk menyembunyikan kecantikan nya.Sumirah hidup dan bekerja keras untuk bisa bertahan sejak ditinggal mati oleh suaminya,dan Sumirah harus jadi ayah sekaligus ibu bagi kedua anaknya.
Tak ada sanak saudara untuk dimintai pertolongan karena keadaan mereka tidak jauh lebih baik dari Sumirah sendiri alias sama susahnya.Masih untung tak perlu menyewa rumah, tanah sepetak dengan gubuk berlantai tanah merupakan satu2nya harta peninggalan suaminya,selain 2 anak yang masih kecil2.

Kadangkala Mirah pulangmembawa sebungkus nasi yang dibeli di warung di pasar namun tak jarang Mirah tak membawa apa2.Kalau lagi ada beras Mirah dan anaknya menikmati sepiring nasi dengan sebuah bawang merah dan cabe segar  hasil nanam di depan rumahnya dan ini lebih sering merupakan menu sehari2,tapi tak jarang mereka cuma makan nasi dengan lauk minyak jelantah,atau sepiring singkong rebus lagi2 hasil panen dari  halaman samping rumah .Alhamdullilah anaknya tak pernah protes atau tak mampu protes bahkan bertanya,kalau hari ini bisa makan ya Alhamdullilah bisa saja besok harus puasa.

Penderitaan bukan halangan bagi Mirah untuk bertekad membesarkan anak2nyaagar tidak seperti dia.Ia ingin anak2nya bisa sekolah dan  bekerja di kelurahan,s ebuah cita2 yangs angat sederhana sekali untuk seorang seperti Mirah.

Seperti biasa Mirah sedang memilah2 cabe ditampah dipangkuannya. Seorang lelaki tengah baya sedang asik memperhatikannya sembari berbincang dengan pak Haji,seorang lelaki dari kota dan sudah beberapa kali terlihat mengunjungi pak Haji rupanya  tertarik dengan kecantikan Sumirah.


Dengan pertimbangan demi kelanjutan hidup dan masa depan anak2nya Sumirah menerima lamaran lelaki setengah baya tersebut.


Hari itu hari Mingggu,setelah berpamitan dengan kelaurga kecilnya Mirah menjinjing tas plastik berisi 2 pasang pakaian miliknya dan 4 pasang pakaian anak2nya, hanya itu, ya karena memang hanya itulah milik mereka tak ada lagi apa-apa yang harus dia bawa.
Dengan takut dan sangat hati2 Mirah memasuki mobil lelaki setengah baya yang telah menikahinya,berangkatmenuju tempat  dan harapan baru ke kota…. ya kekota tempat dimana lelaki tersebut tinggal.
Anak2nya senang menyaksikan keramaian dan keindahan kota, kehidupan Mirahpun berubah,begitu kata orang2, bagi orang didesanya Mirah telah  mengakhiri kemiskinan dan deritanya , sudah jadi orang kaya dan hidup senang di kota dengan cara yang tak diduga2.

Waktu berlalu tanpa terasa setengah tahun terlewati,lelaki setengah baya yang menikahinya memperlihatkan wujud aslinya yang pemarah ,egois , selalu curiga,tak pernah percaya pada siapapun .
Mulanya Mirah menganggap itu adalah hal yang biasa,karena dia lelah bekerja dari pagi hingga malam,tapi lama kelamaan dia  mulai tertekan dan tak tahan,ia merasa tak bisa berbuat apa2, sedikit kesalahan kecil saja mampu membuat lelaki itu marah dan dia beserta anak2nya lah yang jadi sasaran.
Sekali waktu lelaki setengah baya itu sakit seluruh tubuhnya bengkak2 dan gatal2, Mirah menganjurkan ke dokter tapi apa yang didapat adalah dampratan kemarahan dan tuduhan bahwa Mirah telah meracuninya.Sumirah terperangah namun lagi2 dia Cuma bisa mengelus dada dan menangis diam2 mengadukan semua dukanya pada yang kuasa. Setiap malam Mirah selalu bangun dan tak lupa berdoa minta pertolongan dariNya,:" Ya Allah Engkau yang telah membawa aku kesini, atas ijinMu semua bisa terjadi,  kalau rumah ini bukan tempat yang tepat dan layak bagiku  dan anak2ku maka  ijinkanlah kami kembali kedesa asal kami berada, kampung yang sepi ,miskin dan melarat tapi kami hidup dengan damai..dalam penderitaan kami ya Allah"…begitu doa Mirah
Beberapa hari kemudian lelaki tua yang menikahinya itu mengatakan kalau dia alergi  atas makanan yang dia santap disalah satu restoran bersama dengan rekan bisnisnya  . Mendengar itu lagi2 Mirah cuma bergeming sakit hatinya telah dituduh meracuni suaminya.
Hari2 selanjutnya Sumirah hanya melakoni perannya  bak robot,dia sudah tak punya keinginan apa2 kecuali ingin kedua anaknya bisa tetap sekolah,hanya itu saja.
Jam menunjukkan pukul 11.00 siang,sumirah sedang sibuk didapur dan anak2nya sedang berdiam seperti bisasa didalam kamar mereka,tiba2 suara  lelaki tua itu menggelegar memecahkeheningan:"Sumirah .!!!!!kemana kamu buang kunci mobil saya?"Sumirah tersentak kaget,sebab dia tak pernah tau dimana kunci yang dicari tersebut.
"kenapa tidak ada disini…"
"saya tidak tau.."jawab sumirah tergagap.
"atau mungkin anak2mu bermain2 dengan kunci itu, ayo cepat..saya sudah telat…."
 "tidak mungkin..anak2 tidak pernah menyentuh sesuatu yang bukan milik mereka dan …"Mirah tak sanggup meneruskan kata2nya mendengar suara lelaki itu saja sudah merupakan pukulan tersendiri buat sumirah…ditambah lagi tuduhan membuang kunci, bentuknya seperti apapaun dia tak pernah tau apatah mau memindahkannya…
Lelaki itu masuk kekamar dan keluar lagi mondar2 mengudak2 isi lemari,laci lemari dapur dan akhirnya kembali kekamar lalu keluar tanpa berkata apa2 , dan tak lama kemudian terdengar deru mobil meninggalkan garasi... Sumirah melongo..tak mengerti apa sesungguhnya yang telah terjadi…?

Sudah sering sumirah ingin lari atau pulang kembali kedesa namun dia tak bisa berbuat apa2,dia tak tau jalan dan tak pernah kemana2,kehidupannya hanya sebatas kamar tidur, kamar mandi dan dapur,paling jauh membersihkan got didepan rumah…..sembari menyambut kedatangan anak2nya dari sekolah.
Dia ingin lari dari kepedihan dan kesedihannya namun dia terlalu pengecut untuk berani melakukan tindakan yang tak terpuji dan tak semestinya, dia tau bahwa statusnya adalah istri dari lelaki tua yang telah dinikahinya setengah tahun yang lalu namun disisi lain dia merasa tak lebih dari  seorang pembantu  yang menumpangkan diri dirumah lelaki itu.
Sumirah lelah..dia ingin sekali pergi jauh,namun kemana?dia tak tau jalan pulang kekampung dan lagi dia tak memiliki uang sepeserpun untuk bisa membawanya pulang kembali kedesa.
Suatu malam Mirahberdoa:"ya Allah kalau memang ini terjadi atas ijinMu biarlah kubayar semuanya dengan kesedihan dan penderiataanku,tapi ijinkan anak2ku untuk  tetap sekolah,agar mereka bisa hidup layak tidak seperti diriku yang tamat kelas 5 SD pun tidak,kemiskinan  telahmenghilangkan dan merenggut kesempatan itu dariku untuk bisa duduk berlama2 dibangku sekolah, maka biarlah aku yang merasakan semuanay tapi tidak anak2ku ya Allah.." itulah tekad bulat Sumirah.


"sumirah mengapa bak cuci piring ini mampet? Siapa yang buang sampah disini? Atau anakmu kali buang sampah sembarangan?hingga jadi begini airnya gak mau mengalir….…"
"Tidak ada yang buang sampah disitu ,tidak saya atau anak saya, dari pertama kali datang keadaannya sudah seperti itu, selama ini saya hanya diam karena saya pikir memang begitu….."sumirah memberanikan membela diri.
"Tidak..tentu ada sesuatu yang menyembabkan hingga begini….dst dst".
"Tuan!!!!!!..tuan selalu dan selalu saja menyalahkan saya atau anak saya untuk segala sesuatu yang terjadi,kami memang miskin dan bodoh,tapi kami tidak setolol itu untuk buang sampah disitu .tuan selalu saja mencurigai kami,tidak percaya pada kami ,lalu mengapa tuan membawa kami kesini? hati tuan penuh dengan kemarahan dan kebencian, bagaimana mungkin tuan hidup serumah dengan orang yang tidak tuan percaya?apa tuan tidak takut nanti diracun oleh saya seperti yang pernah tuan tuduhkan? Ya Allah..tolonglah bukakan hati lelaki tua ini, beri dia hidayah, buang kebencian dan kemarahan dari dalam dadanya…..berikan hidayahMu padanya ya Allah….." sumirah tak sanggup meneruskan kata2nya air mata bercucuran dikedua pipinya sambil menahan isak dia  berlari memasuki kamar anaknya  merangkul keduanya yang berdiri ketakutan disudut kamar.
Dan akhirnya mereka mengis bersama2..lega rasanya bisa mengeluarkan sebagian emosi dan perasaannya,sementara lelaki tua itu berdiri  terdiam menyaksikan kemarahan sumirah………..tak menyangka gadis desa yang lugu itu bisa begitu…..

No comments:

Post a Comment