Kadangkala, bahkan sering kali aku bertanya-tanya dalam hati, mengapa hidupku seperti ini.
Ingin rasanya menggugat keadaan yang tak selalu berpihak padaku, tapi pada siapa?
Rasanya aku tak punya hak untuk menggugat pada siapapun meski hanya pada serumpun ilalang.
Sampai sebegitukah? Atau inikah yang namanya krisis kepercayaan diri? Entahlah namun itulah yang belakangan ini selalu berkecamuk dibenakku.
Mengapa nasib baik atau keberuntungan tak berfihak padaku?
Mengapa setelah suatu masalah timbul masalah yang lain? Kadang belum juga yang satu selesai sudah menyusul masalah lainnya, sehingga bertumpuk dan membuat kepala serasa ingin pecah.
Mengapa kesedihan selalu menyelimuti keseharianku? mengapa tawa tak selalu menemani hari-hariku?
Seringkali aku menoleh kesebelah,(he he he…. tetangga tentunya, baik tetangga yang duduk dimeja sebelah atau yang tinggal dirumah sebelah) oh.....mengapa mereka tak pernah punya masalah ya? Mengapa mereka selalu saja mendapatkan apa yang mereka inginkan?
Mengapa mereka selalu mampu untuk membeli sesuatu ?
Mengapa mereka selalu gembira, tertawa dan ceria dalam kehidupan keseharian mereka??? Benarkah begitu?????
Wach aku sudah bekerja terlalu keras tetapi kenapa keadaanku tak sebaik keadaan mereka?
Kenapa….? Mengapa…..? Bagaimana…? Itulah yang selalu dan selalu berkecamuk dan menghantui pikiranku.
Apakah sebenarnya yang terjadi? Kenapa aku merasa iri dengan keadaan orang lain? Bukankah rizki masing-masing orang sudah ditentukan olehNya, lalu mengapa juga aku masih mempertanyakannya?
Ach…mungkin memang imanku yang cuma setipis kulit bawang sehingga tak mampu mengendalikan hati ketika melihat keadaan orang lain lebih baik dari aku.
Kenapa tidak berbaik sangka saja, bahwa mereka bekerja jauh lebih keras dari aku untuk bisa mewujudkan keinginan mereka sehingga mereka pantas untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Memanglah ternyata hatiku penuh dengan syak wasangka dan curiga, merasa diri paling benar sendiri, sehingga tak ada orang lain yang boleh lebih dari aku?
Seharusnya aku merasa bersyukur bahwa keadaanku tidak berkelimpahan dalam hal materi, yang tentunya Allah tau bahwa untuk saat ini itulah yang terbaik buat diriku. Nach buat yang berlimpah sebaiknya hati-hati karena kelak ada pertanggung jawabannya sendiri.
Mungkin kalau Dia beri aku kelimpahan rizki yang berlebih, hal itu akan membuatku malah menjadi kufur dan bukannya bersyukur.
Dan bukankah seharusnya aku berterimakasih pada Allah dengan keadaanku yang sekarang, sebab Dia masih memperhatikanku dengan memberikan ujian, berupa kekurangan materi, yang berarti Dia masih sayang padaku.
Coba kalau Dia tidak memperhatikan atau sayang padaku, pasti tak ada ujian, dan aku akan selalu mendapatkan apa saja yang aku inginkan sehingga akan semakin lupa padaNya Sang Maha Pemberi rezki
Apakah ini yang aku inginkan?
Oh…..tentu saja tidak, dan terimakasih ya Allah Engkau telah membukakan mata hatiku untuk selalu bersyukur dengan keadaan diriku, dalam suka maupun duka, dalam kesempitan maupun kelapangan, dalam kemudahan maupun kesulitan, dalam kesenangan maupun kesengsaraan.
Dan bukankah ujian berupa kemiskinan, kesengsaraan, kesedihan, kesulitan, akan membuat orang menjadi lebih kuat dan dekat dengan Engkau dibanding ujian berupa kekayaan, kesenangan, kegembiaraan dan kemudahan, yang seringkali malah membuat orang semakin menjauh dari Engkau?
Och………tiba-tiba saja aku teringat nasihat ibuku, Allah tidak akan pernah memberikan ujian melampaui dari batas kemampuan ummatNya.
Nach berarti Allah itu tau ya kalau aku cukup kuat untuk memikul semua beban penderitaan ini makanya Dia kasi aku ujian, sekedar menguji kemampuan, namanya juga ujian, seperti orang sekolah, kalau mau naik kelas harus melewati masa ujian dulukan?
He he he…berarti aku harus banyak belajar lagi dong..kan mau menghadapi ujian untuk kenaikan kelas?
Imanku memang kadangkala naik turun, bak pisau yang sudah lama tak digosok jadi tumpul dan perlu diasah supaya tajam kembali waktu dipergunakan.
Sindiran untuk diri sendiri
Wallahu alam bissawab
Yazakallahu khairan khatsiran
SM, Augustus 27’2007, 08.26 pm
Ingin rasanya menggugat keadaan yang tak selalu berpihak padaku, tapi pada siapa?
Rasanya aku tak punya hak untuk menggugat pada siapapun meski hanya pada serumpun ilalang.
Sampai sebegitukah? Atau inikah yang namanya krisis kepercayaan diri? Entahlah namun itulah yang belakangan ini selalu berkecamuk dibenakku.
Mengapa nasib baik atau keberuntungan tak berfihak padaku?
Mengapa setelah suatu masalah timbul masalah yang lain? Kadang belum juga yang satu selesai sudah menyusul masalah lainnya, sehingga bertumpuk dan membuat kepala serasa ingin pecah.
Mengapa kesedihan selalu menyelimuti keseharianku? mengapa tawa tak selalu menemani hari-hariku?
Seringkali aku menoleh kesebelah,(he he he…. tetangga tentunya, baik tetangga yang duduk dimeja sebelah atau yang tinggal dirumah sebelah) oh.....mengapa mereka tak pernah punya masalah ya? Mengapa mereka selalu saja mendapatkan apa yang mereka inginkan?
Mengapa mereka selalu mampu untuk membeli sesuatu ?
Mengapa mereka selalu gembira, tertawa dan ceria dalam kehidupan keseharian mereka??? Benarkah begitu?????
Wach aku sudah bekerja terlalu keras tetapi kenapa keadaanku tak sebaik keadaan mereka?
Kenapa….? Mengapa…..? Bagaimana…? Itulah yang selalu dan selalu berkecamuk dan menghantui pikiranku.
Apakah sebenarnya yang terjadi? Kenapa aku merasa iri dengan keadaan orang lain? Bukankah rizki masing-masing orang sudah ditentukan olehNya, lalu mengapa juga aku masih mempertanyakannya?
Ach…mungkin memang imanku yang cuma setipis kulit bawang sehingga tak mampu mengendalikan hati ketika melihat keadaan orang lain lebih baik dari aku.
Kenapa tidak berbaik sangka saja, bahwa mereka bekerja jauh lebih keras dari aku untuk bisa mewujudkan keinginan mereka sehingga mereka pantas untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Memanglah ternyata hatiku penuh dengan syak wasangka dan curiga, merasa diri paling benar sendiri, sehingga tak ada orang lain yang boleh lebih dari aku?
Seharusnya aku merasa bersyukur bahwa keadaanku tidak berkelimpahan dalam hal materi, yang tentunya Allah tau bahwa untuk saat ini itulah yang terbaik buat diriku. Nach buat yang berlimpah sebaiknya hati-hati karena kelak ada pertanggung jawabannya sendiri.
Mungkin kalau Dia beri aku kelimpahan rizki yang berlebih, hal itu akan membuatku malah menjadi kufur dan bukannya bersyukur.
Dan bukankah seharusnya aku berterimakasih pada Allah dengan keadaanku yang sekarang, sebab Dia masih memperhatikanku dengan memberikan ujian, berupa kekurangan materi, yang berarti Dia masih sayang padaku.
Coba kalau Dia tidak memperhatikan atau sayang padaku, pasti tak ada ujian, dan aku akan selalu mendapatkan apa saja yang aku inginkan sehingga akan semakin lupa padaNya Sang Maha Pemberi rezki
Apakah ini yang aku inginkan?
Oh…..tentu saja tidak, dan terimakasih ya Allah Engkau telah membukakan mata hatiku untuk selalu bersyukur dengan keadaan diriku, dalam suka maupun duka, dalam kesempitan maupun kelapangan, dalam kemudahan maupun kesulitan, dalam kesenangan maupun kesengsaraan.
Dan bukankah ujian berupa kemiskinan, kesengsaraan, kesedihan, kesulitan, akan membuat orang menjadi lebih kuat dan dekat dengan Engkau dibanding ujian berupa kekayaan, kesenangan, kegembiaraan dan kemudahan, yang seringkali malah membuat orang semakin menjauh dari Engkau?
Och………tiba-tiba saja aku teringat nasihat ibuku, Allah tidak akan pernah memberikan ujian melampaui dari batas kemampuan ummatNya.
Nach berarti Allah itu tau ya kalau aku cukup kuat untuk memikul semua beban penderitaan ini makanya Dia kasi aku ujian, sekedar menguji kemampuan, namanya juga ujian, seperti orang sekolah, kalau mau naik kelas harus melewati masa ujian dulukan?
He he he…berarti aku harus banyak belajar lagi dong..kan mau menghadapi ujian untuk kenaikan kelas?
Imanku memang kadangkala naik turun, bak pisau yang sudah lama tak digosok jadi tumpul dan perlu diasah supaya tajam kembali waktu dipergunakan.
Sindiran untuk diri sendiri
Wallahu alam bissawab
Yazakallahu khairan khatsiran
SM, Augustus 27’2007, 08.26 pm
subhanallah....jkfs...
ReplyDelete*merasa lebih kuat tuk menghadapi setiap tantangan dan ujian...bantu hamba yaa Rabb*
waiiiyakum....
ReplyDeletebegitulah sis.... saya hanya mencoba untuk jujur pada diri sendiri.......