Saat itu waktu menunjukkan pkl 06.30 malam, dalam perjalanan dari blok M menuju pintu toll slipi, jalanan padat merayap..hal yamg biasa dan tak aneh buatku, sudah sangat akrab dengan hiruk pikuk lalu lintas Jakarta, ketika sampai di jalan Hang Lekir, hujan turun dengan deras….sebuah bus KOPAJA disebelahku bergerak perlahan.. penuh sesak dengan penumpang hingga bergelantungan di pintu depan dan belakang……..
Aduh..kasihan benar mereka terguyur hujan..bergelantungan lagi..namun demi bisa secepatnya sampai dirumah..apapun ya dijalani.
Tidak kalah tersiksanya penumpang yang berada didalam bus…jendela tertutup rapat untuk menghindari air hujan, praktisscirculasi udara hanya dari kedua pintu depan dan belakang bus,yang juga tertutup dengan penuhnya penumpang yang berdiri hingga bergelantungan… aku memandang teman yang duduk disebelahku……..dalam hati bersyukur keadaanku setidaknya lebih baik dari penumpang bus tersebut, tidak berdesakan hingga bernafaspun terasa sulit……
Perjalanan dari blok M ke pintu toll slipi ditempuh 2 jam……….lega juga akhirnya bisa keluar dari kepadatan lalu lintas, namun toll juga tak kalah padat…….butuh waktu satu setengah jam untuk bisa sampai di pintu toll kebunjeruk , setelah itu barulah agak lancar dan 2 jam kemudian kami sudah berada di halaman parkir pelabuhan merak..menunggu ferry yang akan menyeberangkan kami ke wilayah paling ujung pulau sumatera,tepatnya Lampung.
ferry baru saja berangkat, antrian panjang mengular, sambil menunggu ferry berikutnya kami keluar dari mobil sambil melemaskan otot selelah hampir 6 jam diperjalanan, waktu menunjukkan pukul 12.30 tengah malam cuaca cerah suasana lebih ramai dari biasanya, maklum long weekend, senin libur hingga sebagian warga Jakarta memutuskan bepergian keluar kota termasuk aku dan sahabatku.
Berjalan bersamanya aku merasa aman, tubuhnya yang tinggi besar dengan ramput pendek diatas bahu membuat penampilannya terlihat jadi gagah. Kemanapun pergi bersamanya aku merasa oke oke aja dan tak perlu takut……..maklum dia seorang polisi, “wong abri koq dila wan“ begitu biasanya candaku padanya kalau sudah kalah debat…. He he he
Kami barjaan mendekati seorang bocah penjual kacang rebus…….iseng2 membeli 2 bungkus kacang untuk melewatkan waktu.
Seperti biasa…….aku mulai tanya2, mulai darinama, usia, tempat tinggal dan berapa penghasilannya .
“tinggal bareng dibedeng sebelah terminal“..katanya seraya menunjuk arah timur
“bulanannya Rp 15.000.……kita ada 8 orang semuanya pengasong disini”
Sehari semalam dia dapat Rp 15.000.…. Dipotong untuk makan 2 atau 3 kali sehari dan modal yang harus disetor ke majikan sebesar Rp 7500, jadi yang tersisa praktis cuma mengantongi sekitar Rp 2000 per hari dikali 30 hari/bulan = Rp 60.000 , dipotong sewa tempat tinggal Rp 15.000, jadi penghasilan bersihnya cuma Rp 45.000 sebulan , dari jumlah tersebut tiap 2 atau 3 bulan sekali dia kirim ke kampung untuk ibunya sebesar 50 - 60.000 rupiah.
Duh Gusti……..uang segitu dapat beli apa ya…batinku.
Lumayan mbak…..uang segitu..halal hasil keringat sendiri, dari pada nyopet atau yang lainnya serunya menambahkan.
Aku semakin terharu mendengar ceritanya…….
“Mbak naik bus yang mana? tanyanya… “kita bawa mobil sendiri seru sahabatku”.
“Oh…..“katanya sedikit heran,
“kenapa ?” tanyaku
“Biasanya orang yang bawa mobil sendiri jarang mau beli dagangan kita2 ,mbak” katanya menerangkan.
Tidak heran, sebab biasanya para pedagang sering menyebut para calon penumpang yang bawa mobil pribadi, cenderung lebih pelit , kalau mau belipun harus pake nawar mati2an dulu….itu kata sebagian mereka, tau benar tidaknya wallahu a’lam
“Maklum lah mbak….mereka itu kan orang kaya, jadi mungkin melihat kita dagang seperti ini..di udara terbuka, mungkin merasa giloo…..atau kurang bersih, takut jadi sakit perut atau apalah maka saya lebih suka menjajakan didalam bus, apalagi yang bawa anak kecil, biasanyakan suka lapar mata, lihat apa aja pengin beli…. he he he..kan jadinya dagangan saya laku…daripada nawarin ke mobil pribadi kadang di lirik juga enggak”
Aduh….aku merasa tersindir..sadar atau tidak aku juga mungkin sering bersikap seperti yang dia sebut.. tidak melirik para pengasong yang menawarkan dagangannya terutama di perempatan lampu merah atau kalau lagi macet.
Padahal mungkin mereka berharap untuk dibeli buat sekedar mengisi perut yang dari pagi mungkin belum diisi………
Mata hatiku terbuka , hari ini aku dapat dua pelajaran berharga, pertama untuk selalu bersyukur bahwa masih banyak orang lain yang kondisinya lebih buruk dari kita dan yang kedua aku belajar dari seorang bocah penjaja kacang rebus tentang sebuah sikap untuk tetap berfikir positiv mesti dalam kondisi tersulit atau terjepit sekalipun.
Sesungguhnya berfikir positiv itu sehat, seperti bocah penjual kacang rebus tersebut yang bisa berfikir positif terhadap prilaku segolongan anak manusia yang mereka sebut orang kaya dan tidak ikut2an menghakimi dengan sebutan pelit. Dia cuma seorang pengasong yang mungkin smp pun tak tamat menilik usianya yang masih sangat muda baru sekitar 14 tahun, pikirannya yang sangat sederhana namun penuh makna setidaknya buat orang seperti diriku.
Aduh..kasihan benar mereka terguyur hujan..bergelantungan lagi..namun demi bisa secepatnya sampai dirumah..apapun ya dijalani.
Tidak kalah tersiksanya penumpang yang berada didalam bus…jendela tertutup rapat untuk menghindari air hujan, praktisscirculasi udara hanya dari kedua pintu depan dan belakang bus,yang juga tertutup dengan penuhnya penumpang yang berdiri hingga bergelantungan… aku memandang teman yang duduk disebelahku……..dalam hati bersyukur keadaanku setidaknya lebih baik dari penumpang bus tersebut, tidak berdesakan hingga bernafaspun terasa sulit……
Perjalanan dari blok M ke pintu toll slipi ditempuh 2 jam……….lega juga akhirnya bisa keluar dari kepadatan lalu lintas, namun toll juga tak kalah padat…….butuh waktu satu setengah jam untuk bisa sampai di pintu toll kebunjeruk , setelah itu barulah agak lancar dan 2 jam kemudian kami sudah berada di halaman parkir pelabuhan merak..menunggu ferry yang akan menyeberangkan kami ke wilayah paling ujung pulau sumatera,tepatnya Lampung.
ferry baru saja berangkat, antrian panjang mengular, sambil menunggu ferry berikutnya kami keluar dari mobil sambil melemaskan otot selelah hampir 6 jam diperjalanan, waktu menunjukkan pukul 12.30 tengah malam cuaca cerah suasana lebih ramai dari biasanya, maklum long weekend, senin libur hingga sebagian warga Jakarta memutuskan bepergian keluar kota termasuk aku dan sahabatku.
Berjalan bersamanya aku merasa aman, tubuhnya yang tinggi besar dengan ramput pendek diatas bahu membuat penampilannya terlihat jadi gagah. Kemanapun pergi bersamanya aku merasa oke oke aja dan tak perlu takut……..maklum dia seorang polisi, “wong abri koq dila wan“ begitu biasanya candaku padanya kalau sudah kalah debat…. He he he
Kami barjaan mendekati seorang bocah penjual kacang rebus…….iseng2 membeli 2 bungkus kacang untuk melewatkan waktu.
Seperti biasa…….aku mulai tanya2, mulai darinama, usia, tempat tinggal dan berapa penghasilannya .
“tinggal bareng dibedeng sebelah terminal“..katanya seraya menunjuk arah timur
“bulanannya Rp 15.000.……kita ada 8 orang semuanya pengasong disini”
Sehari semalam dia dapat Rp 15.000.…. Dipotong untuk makan 2 atau 3 kali sehari dan modal yang harus disetor ke majikan sebesar Rp 7500, jadi yang tersisa praktis cuma mengantongi sekitar Rp 2000 per hari dikali 30 hari/bulan = Rp 60.000 , dipotong sewa tempat tinggal Rp 15.000, jadi penghasilan bersihnya cuma Rp 45.000 sebulan , dari jumlah tersebut tiap 2 atau 3 bulan sekali dia kirim ke kampung untuk ibunya sebesar 50 - 60.000 rupiah.
Duh Gusti……..uang segitu dapat beli apa ya…batinku.
Lumayan mbak…..uang segitu..halal hasil keringat sendiri, dari pada nyopet atau yang lainnya serunya menambahkan.
Aku semakin terharu mendengar ceritanya…….
“Mbak naik bus yang mana? tanyanya… “kita bawa mobil sendiri seru sahabatku”.
“Oh…..“katanya sedikit heran,
“kenapa ?” tanyaku
“Biasanya orang yang bawa mobil sendiri jarang mau beli dagangan kita2 ,mbak” katanya menerangkan.
Tidak heran, sebab biasanya para pedagang sering menyebut para calon penumpang yang bawa mobil pribadi, cenderung lebih pelit , kalau mau belipun harus pake nawar mati2an dulu….itu kata sebagian mereka, tau benar tidaknya wallahu a’lam
“Maklum lah mbak….mereka itu kan orang kaya, jadi mungkin melihat kita dagang seperti ini..di udara terbuka, mungkin merasa giloo…..atau kurang bersih, takut jadi sakit perut atau apalah maka saya lebih suka menjajakan didalam bus, apalagi yang bawa anak kecil, biasanyakan suka lapar mata, lihat apa aja pengin beli…. he he he..kan jadinya dagangan saya laku…daripada nawarin ke mobil pribadi kadang di lirik juga enggak”
Aduh….aku merasa tersindir..sadar atau tidak aku juga mungkin sering bersikap seperti yang dia sebut.. tidak melirik para pengasong yang menawarkan dagangannya terutama di perempatan lampu merah atau kalau lagi macet.
Padahal mungkin mereka berharap untuk dibeli buat sekedar mengisi perut yang dari pagi mungkin belum diisi………
Mata hatiku terbuka , hari ini aku dapat dua pelajaran berharga, pertama untuk selalu bersyukur bahwa masih banyak orang lain yang kondisinya lebih buruk dari kita dan yang kedua aku belajar dari seorang bocah penjaja kacang rebus tentang sebuah sikap untuk tetap berfikir positiv mesti dalam kondisi tersulit atau terjepit sekalipun.
Sesungguhnya berfikir positiv itu sehat, seperti bocah penjual kacang rebus tersebut yang bisa berfikir positif terhadap prilaku segolongan anak manusia yang mereka sebut orang kaya dan tidak ikut2an menghakimi dengan sebutan pelit. Dia cuma seorang pengasong yang mungkin smp pun tak tamat menilik usianya yang masih sangat muda baru sekitar 14 tahun, pikirannya yang sangat sederhana namun penuh makna setidaknya buat orang seperti diriku.
No comments:
Post a Comment