Upaya lain dalam mencari kesembuhan 4
Seperti sudah keceritakan sebelumnya kami tak pernah berhenti berupaya mencari yang namanya kesembuhan.
Satu hari di sebuah kota tak begitu jauh dari Jakarta, ketika suamiku sedang diterapi disebuah kamar, aku menunggu diluar…… dan tiba2 dipanggil seseorang yg akhirnya aku tau dialah pemilik tempat pengobatan tersebut.
Lalu dia berkata, “ibu istrinya?”, yang kujawab dengan anggukan mengiyakan, “maaf ya bu......saya tidak ingin mendahului…tapi saya melihat tanda di kening ibu bahwa tidak lama lagi ibu akan menjadi janda……..paling lama cuma 6 bulan ”.
Wuiichh……….apa2an ini orang, pikirku, tukang ramal atau mau minta duit?…tiba2 pikiran buruk menerpa, lalu aku jawab sekenanya saja , “kalau memang itu sudah digariskan jadi takdir saya……ya gak apa2...pada akhirnya semua orang juga akan mati toch ?”kataku.
“saya heran biasanya….kalau ada orang saya omongin seperti ini ..saya paling tidak dilempar sandal…tapi koq ibu lain ya….!!!” katanya lagi.
“La……..semua orang berhak mengatakan sesuatu, kenapa mesti marah?” kataku.
Tiba2 dia menunjuk kamar yang berada tepat didepan tempat kami bicara, “orang itu tidak lama lagi umurnya, soalnya tadi malam saya mimpi dia pamit, berarti tidak tertolong lagi “.
Aku sich cuek saja ketika dia bicara itu, buatku urusan mati itu bukan urusan gue, tujuanku kesini cuma untuk mengupayakan kesembuhan suamiku.
Tapi memang sich beberapa jam setelah itu, aku melihat pasien yang ada dikamar yg tadi dibicarakan meninggal dunia, ketika kutanya salah satu keluarganya mereka bilang gagal ginjal akut……
Itu sekelumit percakapanku dengannya selama menunggui suami diterapi yang pada akhirnya juga tidak membuahkan hasil, kecuali lagi2 menghabiskan tenaga dan uang yang tidak sedikit.
Dalam perjalan pulang aku teringat perkataan orang tua tersebut dan menghubungkannya dengan pernyataan dokter dimana suamiku dioperasi, dokter memperkirakan paling lama suamiku cuma bisa bertahan selama 6 bulan saja,
Kesehatannya semakin merosot, namun semangatnya itu lho, yang dikagumi semua orang, tak pernah patah semangat, tidak saja perut yang semakin membesar, kini kakinya juga membengkak dan akhirnya retak2 karena elastisitas kulit sudah maksimum , dan dari retakan ini mengalir cairan bening.
Tak jarang ibuku, ayahku, adik bungsuku menyeka air yang keluar dari sela2 retakan tersebut, membalut dengan handuk yang dicelupkan ke air hangat dan menggantinya secara berkala setiap 2 jam sekali, karena basah dan penuh dengan cairan.
Dia suka bertanya, “ibu/ayah/dek X apa tidak jijik membalut dan membersihkan kaki saya? Sebab saudara kandung saya sendiri tak mau bahkan jijik melihatnya?”
Mereka cuma tersenyum……dan adikku berkata ,“ach mereka kan cuma sesekali datang, lagian gak apa2 koq mas .. apalagi saya sudah biasa "kata adik saya. "di RS (dia seorang bidan) saya juga melakukan hal serupa, tenang aja mas…… yang penting si mas sembuh, nanti kalau sudah sembuh…. kita kan bisa jalan2 lagi naik gunung atau campinglagi“ canda adikku mengalihkan perhatian.
Tiba2 si sulung berkata” wach papa kakinya jadi besar banget…..ada airnya mengalir dari celah2 “.
“Iya.. kamu bisa pasang selang tuch, buat nampung airnya untuk cuci mobil mama”, katanya santai sambi tersneyum lebar
“Setelah kaki apa lagi ntar yang bengkak ya?" putranya balik nanya lagi, dan dijawab
“Setelah kaki ya tangan”,
“Abis itu”
“abis itu…pipi kali ya”
“Setelah pipi”
“setelah pipi…… itu artinya papa harus pensiun jadi manusia”
Kami yang mendengar terkesima……… dan entah kenapa kulanjutkan candaanya
“Emang sudah siap……?”.
“La…kalau besok saya mati……..semua orang bilang…iyalah sudah sakit selama 8 bulan..dari pada menderita, tapi kalau besok kamu ngantor, habis makan siang waktu nyebrang balik kekantor ketabrak motor/bajaj terus mati, semua orang kaget.
Iya tadi pagi masih ketawa/ketiwi sama saya sekarang sudah jadi bangkai alias mayat jadi gak perlu heran, kalau saatnya sudah tiba, gak dima-mana , siap gak siap ya harus siap dan kita gak bisa bilang ntar dulu , meski cuma satu detik saja”, katanya seperti seorang ustad yang sedang ceramah.
Aku terdiam, begitu juga, ibu, bapak dan adikku.
Sudah-sudah, besok kan kita berangkat ayo siap2, katanya menyudahi pembicaraan.
Kami memang berencana berangkat kekota tempat orang tuaku tinggal, suamiku ingin mengunjungi eyangku yang lagi sakit.
“sempat2nya" kata adikku, "dianya sendiri lagi sakit begitu masih mau besuk eyang mana tempatnya kan jauh” . 2 jam penerbangan dari Jakarta .
************
Dirumahnya, eyang sedang terbaring tak berdaya, sakit karena usia lanjut, 98 tahun , dan dua jam sebelum kami kembali ke Jakarta, eyang menghembuskan nafas terakhir dengan tenang, Innalillahi wainna ilaihi rajiun dan seminggu kemudian oomku juga meninggal karena stroke.
Dua minggu setelah kami kembali ke rumah dia bilang bahwa dia mau berobat ke jerman, memang adikku menawarkan untuk berobat disana sebab mertuanya yang menderita kanker otak setelah dioperasi dan dirawat sebulan akhirnya sembuh, meski separoh tempurung kepalanya gak ada, jadi bagian atas cuma daging doang kalau dipegang terasa empuk, maka dia harus terus menerus pake topi untuk pelindung .
Alamaak…………apa pula ini, dari mana lagi duit didapat yang sudah aja , sudah menghabiskan entah berapa banyak , plafon asuransi sudah lama habis, belum lagi pengobatan alternative yang harus mengocek uang dari kantong sendiri, semua tabungan ludes tak bersisa lagi. Bahkan satu2nya tabungan yang tadinya direncakan untuk biaya sekolah anak2 (rencanya mau menyekolahkan si sulung ke luar negeri) ikut2an digerogoti dan sisanya juga tidak seberapa .
Dalam kebingungan ku telphon ibuku, mencoba minta nasihatnya ech…..nasihatnya malah,
“bawa saja, ikuti apa maunya,,,jangan sampaii nanti akhirnya kamu menyesal“.
“ iya..tapi duitnya itu darimana bu…semua tabungan sudah di ambil cuma tinggal satu2nya tabungan sekolah anak2.…gimana kalau ada apa2”, kataku sambil menangis.
“ serahkan semuanya pada Allah…rejeki Insya Allah bisa dicari……tapi kalau ini permintaan terakhir nya, ibu takut kamu nanti menyesal gak bisa memenuhi.”
Akhirnya setelah berdiskusi dengan pertimbangan jarak yang terlalu jauh, dia setuju untuk dibawa ke negara tetangga terdekat saja.
Dan disanalah dia dirawat untuk waktu kurang lebih sebulan, setiap jumat sore aku kesana dan senin pagi terbang kembali ke Jakarta, langsung ke kantor seperti biasa.
Suatu pagi hari Rabu…adikku pamitan ingin kembali kenegara dimana dia tinggal setelah berlibur sebulan di Indonesia,
“mbak….. kok perasaanku mengatakan masmu itu gak akan sembuh…. maaf aku harus ngomong, dan kamu harus siap2...supaya kalau hal itu emang benar….tidak terlalu shock.”
Mulanya aku kaget dan agak marah dengan ucapan adikku yang satu ini, tapi sesaat kemudian aku cermati pernyataannya itu benar adanya.
Aku terdiam….dan entah bagaimana kok tiba2 kami seperti dua orang yang sedang mengatur tata letak uangan ,
"nanti kursi2 ini digeser, terus mayatnya ditempatkan disini saja, biar tidak menggangu lalu lalang orang yang keluar masuk"……. katanya dan aku setuju,, setelah itu kami saling berpandangan dan akhirnya berpelukan sambil menangis sesenggukan.
Semuanya seperti tergambar jelas dipelupuk mata suasana sedang berkabung…….!!!!!!
“maaf mbak , koq……..”dia tidak melanjutkan kata2nya
“tidak apa2.….“kataku sambil mengusap airmata yang mengalir deras membasahi pipi.
“Pamit mbak aku harus segera ke airport….. serahkan semuanya pada Allah.. maaf aku gak bisa tinggal lebih lama soalnya senin anakku masuk sekolah, yang tabah ya mbak” katanya sambil merangkulku sekali lagi.
"Iya…. "kataku sambil melepas kepergiannya dan akupun bersiap2 segera berangkat ke kantor.
Sore hari sekitar jam 15.00 telfon dimeja berdering, secretaris kantor bilang dari RS…… hah….. Ada apa sontak hatiku seperti dicabut sampai keakar2nya , jangan jangan ... dengan ragu2 kuangkat gagang telfon, diseberang sana dokter bicara memintaku segera datang, ketika ku bilang bahwa aku ingin bicara dengannya …dia bilang gak bisa karena dia sedang berada diruangan lain.
Setelah permisi dengan bossku, akhirnya dengan penerbangan terakhir aku berangkat, sampai di RS jam setengah satu malam, dia sudah tidak lagi berada di ruangannya , telah dipindah ke ruangan iccu khusus.
Setengah berlari aku mencari ruangan dimaksud….adanya dilantai 7, setelah muter2…akhirnya aku sampai dan……..
Ya Allah, tubuhnya penuh dengan selang, dari mulut juga dipasang selang, untuk oxygen dan makanan, dari lengan kiri kanan juga dipasangi selang, salah satunya heroin….. dia sengaja dibikin tidak sadar…..sebab kalau dia sadar akan sangat menderita sekali karena paru2nya sudah tercabik2 robek gak karuan tertusuk tulang iga.
Bukan karena penyakit cancer yang dideritanya .
Jadi paru2nya terdesak keatas dan robek tertusuk tulang iga, akibat desakan dari perut yang semakin membesar dan menyebabkan dia tak bisa bernafas.
Aku ingat setiap minggu pembesaran perutnya sekitar 2.5 cm jadi dalam sebulan diameter nambah 4 cm……gimana gak ngenes(sedih) melihatnya.
Kuusap tangannya sembari mengucapkan salam…. setengah sadar dia tersenyum dan membalas salamku dengan mengusap kembali jemariku. Setelah itu dia dalam keadaan koma, keesokan paginya dokter mengatakan bahwa kecil kemungkinan dia bisa bertahan sebab paru2nya telah hancur…hampir setiap 2 jam sekali dilakukan suction untuk mengambil darah dan cairan yang menggenangi paru2nya.
Setiap pagi dan sore dilakukan x-ray untuk mengetahui perkembangan keadaan paru2nya…..
Dihari ke 5 dia dipindahkan keruangan khusus tersebut , dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan euthanasia dengan cara menyuntikkan cairan melalui salah satu saluran selang or mencabut selang oxygen……
Ohhh !!!!!!!!!!! ya Allah........... apakah aku harus menjadi seorang pembunuh bagi suamiku sendiri?
Dan… disisi lain..kasihan sekali melihat dia begitu menderita, sangat tergantung dengan oxygen dan obat2 an .
Setelah berpikir selama 3 hari….. dan bosan dengan pertanyaan dokter akhirnya aku mengambil keputusan, hentikan supply semua obat2an dan makanan, kecuali oxygen dan heroin…sebab tanpa heroin dia akan tersadar dan tentunya akan sangat menyiksa sekali bernafas dengan paru2 yang robek disana sini….
Dan oxygen itulah yang membuat dia masih bisa bernafas……
Kalaupun dia ingin sembuh..biarkan dia berusaha dan berjuang sendiri tanpa bantuan makanan dan obat2an, kalaupun tidak, ya apa boleh buat itu mungkin sudah jalannya” , tapi tolong yang dua ini jangan dihentikan aku memohon.
Dan akhirnya dokter setuju, meskipun aku tau berat sebenarnya meluluskan permintaanku sebab mereka tau kecil kemungkinan dia bisa sembuh.
bersambung ke berikutnya
Alhamdulillah, akhirnya bisa kebaca juga walau dari HP. Bisa2 sendiri saja. Masya Allah, mbak Jasmine diberi kesempatan olehNya mempunyai pengalaman seperti tersebut. Benar2 seperti cerita di novel. Apakah setelah peristiwa tersebut mbak Jasmine sudah menjalani ru'yah syar'iyyah? Setelah mengikuti sampai tuntas sebanyak 5 episode, baru saya bisa memahami mengapa bisa tegak diagnosa kanker sedangkan USG, CT scan sampai MRI nya tak tampak kelainan. Wallahu A'lam. Dan, btw (maaf sebelumnya) akhirnya kesampaian juga menyekolahkan anak2 di LN, ya. Bertiga saja?
ReplyDeleteMemang semua peristiwa yang kita alami menjadi sebab untuk terjadinya sebuah peristiwa yang lain, sekaligus peristiwa kita tersebut merupakan akibat dari peristiwa yang lain lagi.
Alhamdullilah tidak ada yang kebetulan didunia ini, semua yg terjadi sudah si atur olehNya dan ada alasan dibaliknya.
ReplyDeletesama seperti yg lainnya mungkin saat itu saya juga marah,s ebel, dll..........sementara tidak mengerti bahwa sesungguhnya itu baik bagi saya dan anak2 , Insya Allah.
Ya mungkin cerita2 tersebutlah yg ada dibalik semuanya mengapa hanya melalui darah saja bisa dideteksi soal penyakitnya.........
soal rukyah justru hal lain lagi, saya menjalaninya karena belajar REIKI dan ingin berangkat haji * he he he.......